25 Mei 2017

Terpaksa Mencintai (Day 9#Eza Avlenda#30 DWC Jilid 6#Squad 2)

Saya melanjutkan sekolah menengah atas di SMUN 1 Kota Bengkulu pada tahun 1994. Ada beberapa sosok guru yang membuat saya bersemangat dalam mengikuti pelajarannya. Tahun pertama saya duduk di bangku SMU, Fisika dan Bahasa Inggris adalah mata pelajaran yang saya sukai. Salah satu faktor penyebabnya adalah sosok guru yang mengampunya. Pak Galingging adalah guru yang mengampu mata pelajaran Fsika. Saya sangat bersemangat mengikuti pelajaran beliau, menantang saya agar selalu berpikir cepat untuk menemukan konsep-konsep dengan kata kunci yang beliau berikan dan saya selalu ingin menyelesaikan soal-soal hitungan lebih awal daripada teman-teman yang lain. Saya mencari semua buku-buku Fisika kelas satu yang ada ada di perpustakaan, ada lima judul buku Fisika yang saya pinjam. Sementara Mom Lena adalah guru yang mengampu mata pelajaran Bahasa Inggris. Mom Lena adalah guru yang sangat bersemangat dalam mengajar, saya selalu memperhatikan mimik wajahnya pada saat memberi contoh kalimat. Terkadang mimiknya sedih, gembira ataupun marah. Saya kagum sekali ketika melihat Mom Lena bertemu dengan Mr Anton, mereka akan bercakap-cakap menggunakan Bahasa Inggris. Saya terkadang bergumam di dalam hati, “kapan saya bisa bercakap-cakap menggunakan Bahasa Inggris dengan lancar”.
Tahun pertama di bangku SMU saya lewati, berlanjut tahun kedua dan akhirnya saya memasuki tahun ketiga. Pada tahun ketiga sudah mulai penjurusan sesuai minat masing-masing. Pada tahun 1996, SMUN 1 Kota Bengkulu memiliki tiga jurusan yaitu jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan jurusan Bahasa, saya masuk jurusan IPA. Di tahun ketiga ini, selain mendapatkan pelajaran tambahan di sekolah, saya ingin sekali mengikuti Bimbingan Belajar (Bimbel) untuk persiapan EBTA/EBTANAS dan UMPTN seperti teman-teman yang lain. Namun keinginan saya ditolak orangtua, menurut mereka kegiatan les di sekolah sudah cukup, jika saya bersungguh-sungguh, akhirnya saya terima dengan lapang dada. Menjelang masuk semester genap, saya sudah mulai memikirkan nanti akan melanjutkan studi kemana. Saya ingin sekali melanjutkan kuliah ke pulau Jawa mengambil jurusan pertanian. Ada program mahasiswa undangan di UNDIP, saya sangat bersemangat sekali. Setelah mengutarakan keinginan kepada Bapak saya, jawabannya singkat saja “Bapak akan membiayai kuliah di FKIP, Eza harus jadi guru, kalau tidak mau menjadi guru tidak usah kuliah. Bapak tidak mengizinkan Eza kuliah ke pulau jawa, kuliah di Bengkulu saja, ada waktunya nanti Eza pergi ke pulau Jawa”. Dengan berat hati saya menyampaikan kepada guru di sekolah, kalau saya tidak bisa mengambil jalur undangan tersebut. Untuk mendapatkan jatah mahasiswa undangan UNIB pun sudah tidak ada lagi. Akhirnya dengan terpaksa saya mengikuti jalur tes dan melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 di Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Bengkulu pada tahun 1997.
Pada tahun pertama saya kuliah, saya merasa malu kuliah di FKIP, tidak terpikirkan oleh saya untuk menjadi guru. Namun seiring waktu saya mulai merasa nyaman kuliah di program studi Biologi UNIB. Bertemu dengan teman-teman yang menyenangkan, bersemangat untuk selalu menguasai semua mata kuliah dan memperoleh kesempatan mengenal sosok dosen yang akhirnya saya kagumi, Dr. Diah Aryulina, MA.Saya berpikir, mungkin sudah takdir saya menjadi seorang guru. Setelah tamat dari bangku kuliah, saya menjadi guru honorer di MAN Model Kota Bengkulu. Seiring perjalanan waktu saya menikmati dan mencintai profesi saya sebagai seorang guru.

Tidak ada komentar: