4 Juli 2011

INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
PEMBELAJARAN BIOLOGI



OLEH :
EZA AVLENDA, S.Pd.,M.Si.
GURU IPA MTsN KARANG ANYAR BENGKULU UTARA
E-mail : eza.avlenda@gmail.com










DISAMPAIKAN PADA SEMINAR BIOLOGI 2011
BENGKULU, 26 FEBRUARI 2011





INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
PEMBELAJARAN BIOLOGI


Eza Avlenda, S.Pd.,M.Si.
(Guru IPA MTsN Karang Anyar Kabupaten Bengkulu Utara)


Abstrak

Kemajuan dan kemandirian sebuah bangsa antara lain dibangun melalui karakter yang kuat. Pendidikan karakter sebagai upaya membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai yang baik kepada peserta didik melalui pendidikan. Pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan dapat dilakukan dengan mengembangkan nilai-nilai melalui belajar pembiasaan, pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler, bimbingan konseling dan pendekatan terintegrasi dengan menanamkan moralitas dan akhlak mulia dalam semua mata pelajaran yang diajarkan di kelas. Biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat berperan dalam pendidikan karakter dengan menanamkan nilai-nilai moral dan akhlak mulia pada proses pembelajarannya. Selain menanamkan nilai-nilai kepada peserta didik, tenaga pendidik diharapkan juga memberikan contoh teladan yang baik bagi peserta didiknya serta adanya kerjasama antara pihak satuan pendidikan dengan orang tua dalam menanamkan karakter yang baik pada diri peserta didik.

Kata kunci : Pendidikan karakter, Pembelajaran biologi



I. Pendahuluan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 1, Ayat (1) UU RI No 20 Tahun 2003). Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3, UU RI No 20 Tahun 2003).

UU RI No 20 Tahun 2003 pada pasal satu dan tiga secara inplisit telah memuat pendidikan karakter sebagai upaya membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Tahun 2011 Kementerian Pendidikan Nasional akan mengembangkan kurikulum berbasis akhlak mulia yang bertujuan untuk menanamkan karakter yang baik kepada peserta didik melalui pendidikan (Anonim,2010). Hal tersebut diungkapkan Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Ir. KH. Muhammad Nuh, DEA. Menurut M Nuh, Kemajuan dan kemandirian sebuah bangsa antara lain dibangun melalui karakter yang kuat sehingga pengembangan Kurikulum berbasis akhlak mulia diharapkan dapat menanamkan karakter bagi anak-anak Indonesia sejak dini. Kebijakan kementerian pendidikan nasional mengenai pendidikan karakter harus didukung untuk membangun karakter bangsa. Karakter suatu bangsa dapat dibangun dari pembentukan karakter generasi muda sejak dini. Pembentukan karakter bangsa harus berlangsung secara berkesinambungan dari suatu generasi ke generasi berikutnya.

Pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan dapat dilakukan dengan mengembangkan nilai-nilai melalui belajar pembiasaan, pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler, bimbingan konseling dan pendekatan terintegrasi dengan menanamkan moralitas dan akhlak mulia dalam semua mata pelajaran yang diajarkan di kelas. Bagi tenaga pendidik, pendidikan karakter yang menjadi kebijakan pemerintah merupakan tugas utama pada pengembangan aspek sikap (afektif) selain aspek pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor). Pengetahuan dan keterampilan adalah kemampuan yang penting dimiliki oleh peserta didik, akan tetapi penanaman sikap untuk membentuk mental peserta didik tidak kalah pentingnya, agar sikap peserta didik ketika memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depannya lebih terarah.

Biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat berperan dalam pendidikan karakter dengan menanamkan nilai-nilai moral dan akhlak mulia pada proses pembelajarannya. Menurut Naisbitt & Aburdene (1990, dalam Rustaman, 2010) tentang abad XXI sebagai abad biologi. Abad ini jelas merupakan tantangan bagi para biologiwan dan pendidik biologi. Mata pelajaran biologi mempelajari makhluk hidup dan hubungannya dengan lingkungan, sehingga dapat dimuati dengan nilai-nilai luhur, baik nilai religius maupun nilai akhlak mulia. Sehingga tenaga pendidik yang mengajar biologi harus mulai berperan serta dalam pembentukkan karakter bangsa bukan hanya sekedar membebani peserta didik dengan pengetahuan dan hapalan.


II. Pendidikan karakter

Menurut Pusat Bahasa Depdiknas karakter adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. sedangkan berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak” (Ardi, 2010). Sedangkan menurut Musfiroh (2008, dalam Ardi, 2010), karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Menurut Ardi (2010) individu yang berkarakter mulia berarti individu yang memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Sementara menurut Thomas Lickona (1999, dalam Budimansyah, 2011) harmoninya antara moral knowing, moral feeling, dan moral action dalam pengertian bahwa seseorang yang berkarakter itu mempunyai pikiran yang baik (thinking good), memiliki perasaan yang baik (feeling good), dan juga berperilaku baik (acting good).

Makna pendidikan karakter adalah sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menilai baik-buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari (Diknas, 2010). Karakter yang baik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, harus dimiliki peserta didik agar mampu menghadapi tantangan hidup pada saat sekarang dan di masa yang akan datang.
Sembilan pondasi dalam pembentukan karakter menurut Pakpahan (2010) adalah sebagai berikut :
1. Menanamkan rasa cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Ciptaannya
2. Tanggung jawab, disiplin dan mandiri
3. Kejujuran
4. Hormat dan santun
5. Kasih sayang, peduli, dan kerjasama
6. Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah
7. Keadilan dan kepemimpinan
8. Baik dan rendah hati
9. Toleransi, cinta damai, dan persatuan.

Sembilan pondasi dalam pembentukan karakter bangsa dapat ditumbuhkembangkan melalui pendidikan pada semua jenjang dan perlu ditanamkan sejak dini mulai dari lingkungan keluarga dan masyarakat secara berkelanjutan. Dunia pendidikan diharapkan dapat berperan dalam proses pembangunan karakter bangsa. Tenaga pendidik hendaknya mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran di kelas.

Menurut Diknas (2010) jenis-jenis nilai karakter yang dapat ditanamkan kepada peserta didik di kelas adalah sebagai berikut :
1. Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan Tuhan
  • Religius
  • Taqwa
2. Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan diri sendiri
  • Jujur
  • Bertanggung jawab
  • Hidup sehat
  • Disiplin
  • Kerja keras
  • Percaya diri
  • Berjiwa wira usaha
  • Berpikir logis, kritis, kreatif,inovatif
  • Mandiri
  • Ingin tahu
  • Cinta ilmu
3. Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan sesama
  • Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
  • Patuh pada aturan-aturan sosial
  • Menghargai karya dan prestasi orang lain
  • Santun
  • Demokratis
4. Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan kebangsaan
  • Nasionalis
  • Menghargai Keberagaman
5. Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan lingkungan
  • Peduli Sosial dan Lingkungan

III. Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Biologi

Dalam proses pembelajaran di kelas pengembangan nilai/karakter dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran (embeded approach) (Diknas, 2010). Setiap kegiatan pembelajaran dikembangkan kemampuan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, sehingga tidak selalu diperlukan kegiatan belajar khusus untuk mengembangkan nilai-nilai pendidikan karakter bangsa. Tenaga pendidik dapat menjadi teladan bagi peserta didik, untuk pengembangan nilai-nilai tertentu seperti jujur, disiplin, kerja keras, toleransi, mandiri, semangat kebangsaan, dan gemar membaca. Sedangkan untuk mengembangkan beberapa nilai lain seperti peduli lingkungan, rasa ingin tahu, peduli sosial dan kreatif memerlukan situasi dan kondisi agar peserta didik memiliki kesempatan untuk memunculkan perilaku yang menunjukkan nilai tersebut.
Integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran biologi yang dapat dikembangkan antara lain:

a. Menanamkan rasa cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Ciptaannya

Pembelajaran biologi dapat dijadikan sebagai pendekatan untuk membangun moral, karakter, dan akhlak mulia. Menurut Suprayogo (2010, dalam Pakpahan, 2010) melalui pendidikan sains, peserta didik akan mengenal dirinya sendiri dan Tuhannya. Dengan memperhatikan, memikirkan, dan merenungkan tentang ciptaan Tuhan di alam semesta ini maka akan terbangun rasa cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa dan ciptaannya serta kasih sayang dan peduli terhadap sesama makhluk hidup dan lingkungannya. Pembentukan karakter ini dapat diintegrasikan pada materi biologi,antara lain keanekaragaman makhluk hidup, proses kejadian manusia, dan ekosistem. Proses pembelajaran yang dilakukan tidak hanya di dalam kelas tetapi dapat juga dilakukan di luar kelas (lingkungan alam). Dengan melibatkan alam, maka pembelajaran biologi akan menjadi lebih menyenangkan dan menggairahkan. Adanya Interaksi peserta didik dengan lingkungan atau alam akan menghasil perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.

b. Ingin tahu, cinta ilmu dan hidup sehat

Nilai karakter ingin tahu, cinta ilmu dan hidup sehat dapat dikembangkan pada peserta didik melalui materi sistem pada tubuh manusia yang meliputi morfologi, anatomi, fisiologi dan kelainan/penyakit yang berhubungan dengan sistem-sistem dalam tubuh manusia. Selain itu dapat pula ditanamkan nilai karakter tersebut melalui materi virus dan bakteri serta zat psikotropika dan pengaruhnya bagi kesehatan.

c. Peduli sosial dan lingkungan

Pada materi pencemaran lingkungan, saling ketergantungan dan contoh-contoh bencana alam, dapat dikembangkan nilai menyadari peran manusia dalam lingkungannya, menanamkan sikap cinta lingkungan dengan cara bersikap bijak terhadap sampah yang dihasilkan manusia dan bagaimana cara penanggulangannya. Selain itu pada kasus-kasus bencana alam, ditanamkan sikap peduli sosial kepada peserta didik melalui berdoa bersama untuk para korban bencana, penggalangan dana dan mengumpulkan pakaian layak pakai.

d. Berpikir logis, kritis, kreatif,inovatif

Karakter ini dapat dikembangkan melalui pembuatan majalah dinding (Mading) yang bertema keselamatan kerja di laboratorium atau pelestarian lingkungan. Mading ini dapat memuat puisi, cerpen, puzzle, karikatur dan lain sebagainya. Selain itu sikap kreatif dan inovatif dapat pula ditanamkan melalui penugasan pembuatan insektarium, herbarium ataupun taksidermi.

e. Pengembangan sikap ilmiah

Menurut Rustaman (2010) pembentukan karakter melalui pengembangan sikap ilmiah (scientific attitude) antara lain meliputi: curiosity (sikap ingin tahu), respect for evidence (sikap untuk senantiasa mendahulukan bukti), flexibility (sikap luwes terhadap gagasan baru), critical reflection (sikap merenung secara kritis), sensitivity to living things and environment (sikap peka/ peduli terhadap makhluk hidup dan lingkungan). Pengembangan sikap ilmiah ini dapat dilakukan dengan penugasan proyek mengamati gejala alam.

f. Disiplin, bertanggung jawab, jujur

Dalam proses penanaman sikap disiplin, bertanggung jawab dan jujur dapat dilkukan oleh tenaga pendidik sebagai contoh teladan bagi peserta didiknya. Misalnya masuk dan keluar kelas tepat waktu, mengoreksi tugas-tugas dan hasil ulangan peserta didik tepat waktu, dan berkata jujur. Sedangkan kepada peserta didik dilatih agar setiap tugas tidak mencontek dan mengumpulkan tugas tepat waktu,

g. Santun, menghargai orang lain dan menghargai keberagaman

Peserta didik dapat mengembangkan sikap ini melalui diskusi-diskusi kelas, peserta didik dibiasakan agar santun dalam mengeluarkan pendapat dan menghargai pendapat orang lain. Selain itu dalam kegiatan praktikum, dikembangkan juga sikap toleransi terhadap orang lain dan menghargai keberagaman dalam kelompok.


IV. Simpulan dan Saran

Di akhir tulisan ini dapat disimpulkan bahwa pembangunan karakter bangsa sangat penting, tidak hanya harus dilakukan pada lingkungan keluarga saja, tetapi juga harus dikembangkan pada tingkat satuan pendidikan, lingkungan masyarakat bahkan di tempat kerja. Pembangunan karakter bangsa dapat dilakukan melalui proses pembelajaran biologi dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai karakter yang baik dalam proses pembelajaran biologi. Tenaga pendidik harus memberikan contoh teladan yang baik bagi peserta didiknya serta sebaiknya ada kerjasama antara pihak satuan pendidikan dengan orang tua dalam menanamkan karakter yang baik pada diri peserta didik.


Daftar Pustaka

Anonim.2010. Kemendiknas akan Kembangkan Kurikulum Berbasis Akhlak Mulia. http://www.pendidikankarakter.org/index.php?news&nid=20.

Ardi, S. 2010. Konsep Pendidikan Karakter. http://suciptoardi.wordpress.com/ 2010/10/27/konsep-pendidikan-karakter/.

Budimansyah, D. 2011. Pendidikan Umum dalam Perspektif Pendidikan Karakter Bangsa. http://berita.upi.edu/2011/02/18/pendidikan-umum-dalam-perspek tif-pendidikan-karakter-bangsa.

Diknas. 2010. Konsep Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Di Kelas. http:// mgpmgl.blogdetik.com/2010/12/02/konsep-pendidikan-karakter/comment-page-1/.

Pakpahan, S.P. 2010. Upaya Mencari Bentuk Pendidikan dalam Membangun Karakter Bangsa. Disampaikan pada Temu Ilmiah Guru Nasional II 24-25 November 2010.

Rustaman, N.Y.2010. Pendidikan Biologi dan Trend Penelitiannya.FMIPA UPI.

3 Juli 2011

CONTOH LAPORAN KEGIATAN LOMBA

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kegiatan lomba Bintang Fisika Raflesia (BFR), Lomba Cepat Tepat Fisika (LCTF) dan Majalah Dinding (Mading) se-provinsi Bengkulu pada Pekan Orientasi Fisika (POIF) XIII Plus di Universitas Bengkulu , telah diperiksa dan disetujui

Arga Makmur, 29 November 2010

Bendahara Sekretaris

Rita Sriyani, S.Pd Eza Avlenda, M.Si

NIP. 19751103 200501 2 003 NIP. 19790406 200312 2 002

Mengetahui

Kepala MTsN Karang Anyar Ketua

Dedi Harlian, S.Pd. Isnaini, S.Pd

NIP. 19720317 200212 1 002 NIP. 19690408 200501 2 007

I. Pendahuluan

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (Pasal 1 Ayat (2) PP RI No 19 Tahun 2005). Madrasah Tsanawiyah Negeri Karang Anyar sebagai salah satu satuan pendidikan yang termasuk dalam tingkatan wajib belajar sembilan tahun, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengenyam pendidikan pada tingkat menengah pertama.

Madrasah sebagai wiyatamandala adalah suatu lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat masyarakat belajar dan mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan, yang terdiri dari perangkat pengelola pendidikan dan peserta didik. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (Pasal 1 Ayat (16) PP RI No 19 Tahun 2005).

Madrasah Tsanawiyah Negeri Karang Anyar menyelenggarakan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Pada kegiatan intrakurikuler, salah satu mata pelajaran yang diselenggarakan adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006, mata pelajaran IPA mencakup materi sebagai berikut :

1. Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan (Biologi)

2. Materi dan Sifatnya (Kimia)

3. Energi dan Perubahannya (Fisika)

4. Bumi dan Alam Semesta (Bumi dan Antariksa)

Kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di MTsN Karang Anyar diantaranya Sains Olympiad Club (SOC). Kegiatan ini diharapkan menjadi wadah bagi peserta didik untuk menyalurkan minat dan bakatnya dalam bidang sains. Adapun substansi kegiatan SOC meliputi pendalaman materi sains, pembahasan soal-soal olimpiade sains, praktikum, kerja lapangan dan mengikuti lomba-lomba bidang sains yang bersifat insidental.

Lomba Bintang Fisika Raflesia (BFR), Lomba Cepat Tepat Fisika (LCTF) dan Majalah Dinding (Mading) se-provinsi Bengkulu pada Pekan Orientasi Fisika (POIF) XIII Plus yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI) Universitas Bengkulu merupakan salah satu ajang yang dirasa penting diikuti oleh peserta didik untuk berkompetisi dalam bidang sains khususnya fisika.

II. Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut :

a. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkompetisi dengan peserta didik dari madrasah/sekolah lain melalui lomba-lomba dalam bidang fisika

b. Melatih rasa percaya diri peserta didik untuk mengikuti lomba-lomba sejenis

c. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengeksplorasi kemampuan dan bakatnya dalam bidang fisika

III. Sasaran

Sasaran kegiatan ini adalah seluruh siswa-siswi yang berminat mengikuti lomba BFR, LCTF dan Mading yang telah lulus seleksi

IV. Panitia (terlampir)

V. Peserta (terlampir)

VI. Anggaran Biaya (terlampir)

VII. Cabang Lomba yang Diikuti

Cabang lomba yang diikuti pada Pekan Orientasi Fisika (POIF) XIII Plus di Universitas Bengkulu adalah sebagai berikut :

1. Lomba Bintang Fisika Raflesia (BFR) tingkat SMP se-provinsi Bengkulu

2. Lomba Cepat Tepat Fisika (LCTF) tingkat SMP se-provinsi Bengkulu

3. Lomba Majalah Dinding (Mading) tingkat SMP se-provinsi Bengkulu

VIII. Tata Tertib Lomba

a. Lomba Bintang Fisika Raflesia (BFR)

* Lomba bersifat individu

* Lomba terdiri dari dua tahap

* Satu sekolah mengirimkan maksimal dua orang peserta

b. Lomba Cepat Tepat Fisika (LCTF)

* Lomba bersifat beregu

* Satu regu terdiri dari tiga orang

* Setiap sekolah mengirimkan maksimal dua regu yang tidak homogen

c. Lomba Majalah Dinding (Mading)

* Lomba bersifat beregu

* Satu regu terdiri dari tiga orang

* Setiap sekolah mengirimkan maksimal dua regu yang tidak homogen

* Majalah dinding yang akan dilombakan adalah majalah dinding yang dibuat 50% dari madrasah dan 50% diselesaikan di lokasi lomba dalam waktu dua jam

* Majalah dinding yang 50% belum selesai diserahkan paling lambat tanggal 20 November 2010

IX. Waktu Pelaksanaan

Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga minggu, mulai dari tahap seleksi peserta didik yang menjadi delegasi, kegiatan ini bertempat di MTsN Karang Anyar Arga Makmur. Sedangkan kegiatan lomba BFR, LCTF dan Mading bertempat di Universitas Bengkulu.

No

Kegiatan

Tanggal

1

Bimbingan dan Seleksi

8 s/d 22 November 2010

2

Pendaftaran

15 November 2010

3

Technical Meeting

20 November 2010

4

Lomba Mading

23 November 2010

5

Lomba BFR dan LCTF

24 November 2010

6

Pengambilan hadiah

27 November 2010

X. Hasil Kegiatan

Kegiatan membimbing peserta didik yang berminat mengikuti tiga cabang lomba berjalan dengan baik. Jumlah peserta didik yang mengikuti kegiatan bimbinganpun cukup banyak, sehingga harus diseleksi untuk menentukan siapa yang terbaik untuk mewakili madrasah pada ajang lomba tersebut. Setelah mengikuti tahap bimbingan dan tahap seleksi akhirnya diputuskan, madrasah mengirimkan peserta sebagai berikut :

1. Cabang lomba Bintang Fisika Raflesia (BFR) diikuti oleh dua orang peserta didik

2. Cabang lomba Cepat Tepat Fisika (LCTF) hanya diikuti oleh satu regu

3. Cabang lomba Majalah Dinding (Mading) hanya diikuti oleh satu regu

Pada tahap mengikuti lomba di Universitas Bengkulu, peserta didik sangat bersemangat dan antusias dalam mengikuti lomba. Hari pertama tanggal 23 November 2010 lomba yang diikuti adalah lomba Mading. Pengumuman pemenang lomba mading akan dilaksanakan pada tanggal 27 November 2010, hal ini dikarenakan lomba mading hanya satu tahap. Pada hari pengumuman hasil lomba, ternyata regu dari MTsN Karang Anyar mendapat juara dua lomba Mading tingkat SMP se-provinsi Bengkulu. Hadiah yang diperoleh regu MTsN Karang Anyar berupa piala, uang dan piagam penghargaan.

Hari kedua tanggal 24 November 2010 lomba yang diikuti adalah lomba BFR dan LCTF. Lomba BFR berlangsung dalam dua tahap, pada tahap pertama peserta didik yang mengikuti lomba hanya menempati urutan ke-12 dan ke-13, tidak masuk urutan enam besar, sehingga tidak dapat masuk tahap kedua. Pada tahap penyisihan LCTF, regu MTsN Karang Anyar mengikuti tahap penyisihan pertama yang diikuti oleh empat regu. Pada penyisihan tahap pertama dipilih dua regu dengan skor tertinggi. Regu MTsN Karang Anyar hanya mendapat urutan ke-empat, sehingga tidak masuk babak semi final. Walaupun tidak masuk ke babak selanjutnya, semua peserta lomba BFR dan LCTF mendapatkan piagam penghargaan sebagai peserta.

XI. Saran

Peserta didik yang akan mengikuti lomba-lomba yang sejenis hendaknya dipersiapkan lebih matang lagi, selain itu perlu diasah lebih tajam lagi tingkat kepercayaan diri peserta didik.

XII. Penutup

Demikianlah laporan kegiatan lomba Bintang Fisika Raflesia (BFR), Lomba Cepat Tepat Fisika (LCTF) dan Majalah Dinding (Mading) se-provinsi Bengkulu pada Pekan Orientasi Fisika (POIF) XIII Plus di Universitas Bengkulu ini dibuat untuk menjadi pedoman maupun referensi dalam melaksanakan kegiatan serupa.

CONTOH LAPORAN KEGIATAN LOMBA

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kegiatan lomba Bintang Fisika Raflesia (BFR), Lomba Cepat Tepat Fisika (LCTF) dan Majalah Dinding (Mading) se-provinsi Bengkulu pada Pekan Orientasi Fisika (POIF) XIII Plus di Universitas Bengkulu , telah diperiksa dan disetujui

Arga Makmur, 29 November 2010

Bendahara Sekretaris

Rita Sriyani, S.Pd Eza Avlenda, M.Si

NIP. 19751103 200501 2 003 NIP. 19790406 200312 2 002

Mengetahui

Kepala MTsN Karang Anyar Ketua

Dedi Harlian, S.Pd. Isnaini, S.Pd

NIP. 19720317 200212 1 002 NIP. 19690408 200501 2 007

I. Pendahuluan

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (Pasal 1 Ayat (2) PP RI No 19 Tahun 2005). Madrasah Tsanawiyah Negeri Karang Anyar sebagai salah satu satuan pendidikan yang termasuk dalam tingkatan wajib belajar sembilan tahun, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengenyam pendidikan pada tingkat menengah pertama.

Madrasah sebagai wiyatamandala adalah suatu lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat masyarakat belajar dan mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan, yang terdiri dari perangkat pengelola pendidikan dan peserta didik. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (Pasal 1 Ayat (16) PP RI No 19 Tahun 2005).

Madrasah Tsanawiyah Negeri Karang Anyar menyelenggarakan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Pada kegiatan intrakurikuler, salah satu mata pelajaran yang diselenggarakan adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006, mata pelajaran IPA mencakup materi sebagai berikut :

1. Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan (Biologi)

2. Materi dan Sifatnya (Kimia)

3. Energi dan Perubahannya (Fisika)

4. Bumi dan Alam Semesta (Bumi dan Antariksa)

Kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di MTsN Karang Anyar diantaranya Sains Olympiad Club (SOC). Kegiatan ini diharapkan menjadi wadah bagi peserta didik untuk menyalurkan minat dan bakatnya dalam bidang sains. Adapun substansi kegiatan SOC meliputi pendalaman materi sains, pembahasan soal-soal olimpiade sains, praktikum, kerja lapangan dan mengikuti lomba-lomba bidang sains yang bersifat insidental.

Lomba Bintang Fisika Raflesia (BFR), Lomba Cepat Tepat Fisika (LCTF) dan Majalah Dinding (Mading) se-provinsi Bengkulu pada Pekan Orientasi Fisika (POIF) XIII Plus yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI) Universitas Bengkulu merupakan salah satu ajang yang dirasa penting diikuti oleh peserta didik untuk berkompetisi dalam bidang sains khususnya fisika.

II. Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut :

a. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkompetisi dengan peserta didik dari madrasah/sekolah lain melalui lomba-lomba dalam bidang fisika

b. Melatih rasa percaya diri peserta didik untuk mengikuti lomba-lomba sejenis

c. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengeksplorasi kemampuan dan bakatnya dalam bidang fisika

III. Sasaran

Sasaran kegiatan ini adalah seluruh siswa-siswi yang berminat mengikuti lomba BFR, LCTF dan Mading yang telah lulus seleksi

IV. Panitia (terlampir)

V. Peserta (terlampir)

VI. Anggaran Biaya (terlampir)

VII. Cabang Lomba yang Diikuti

Cabang lomba yang diikuti pada Pekan Orientasi Fisika (POIF) XIII Plus di Universitas Bengkulu adalah sebagai berikut :

1. Lomba Bintang Fisika Raflesia (BFR) tingkat SMP se-provinsi Bengkulu

2. Lomba Cepat Tepat Fisika (LCTF) tingkat SMP se-provinsi Bengkulu

3. Lomba Majalah Dinding (Mading) tingkat SMP se-provinsi Bengkulu

VIII. Tata Tertib Lomba

a. Lomba Bintang Fisika Raflesia (BFR)

* Lomba bersifat individu

* Lomba terdiri dari dua tahap

* Satu sekolah mengirimkan maksimal dua orang peserta

b. Lomba Cepat Tepat Fisika (LCTF)

* Lomba bersifat beregu

* Satu regu terdiri dari tiga orang

* Setiap sekolah mengirimkan maksimal dua regu yang tidak homogen

c. Lomba Majalah Dinding (Mading)

* Lomba bersifat beregu

* Satu regu terdiri dari tiga orang

* Setiap sekolah mengirimkan maksimal dua regu yang tidak homogen

* Majalah dinding yang akan dilombakan adalah majalah dinding yang dibuat 50% dari madrasah dan 50% diselesaikan di lokasi lomba dalam waktu dua jam

* Majalah dinding yang 50% belum selesai diserahkan paling lambat tanggal 20 November 2010

IX. Waktu Pelaksanaan

Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga minggu, mulai dari tahap seleksi peserta didik yang menjadi delegasi, kegiatan ini bertempat di MTsN Karang Anyar Arga Makmur. Sedangkan kegiatan lomba BFR, LCTF dan Mading bertempat di Universitas Bengkulu.

No

Kegiatan

Tanggal

1

Bimbingan dan Seleksi

8 s/d 22 November 2010

2

Pendaftaran

15 November 2010

3

Technical Meeting

20 November 2010

4

Lomba Mading

23 November 2010

5

Lomba BFR dan LCTF

24 November 2010

6

Pengambilan hadiah

27 November 2010

X. Hasil Kegiatan

Kegiatan membimbing peserta didik yang berminat mengikuti tiga cabang lomba berjalan dengan baik. Jumlah peserta didik yang mengikuti kegiatan bimbinganpun cukup banyak, sehingga harus diseleksi untuk menentukan siapa yang terbaik untuk mewakili madrasah pada ajang lomba tersebut. Setelah mengikuti tahap bimbingan dan tahap seleksi akhirnya diputuskan, madrasah mengirimkan peserta sebagai berikut :

1. Cabang lomba Bintang Fisika Raflesia (BFR) diikuti oleh dua orang peserta didik

2. Cabang lomba Cepat Tepat Fisika (LCTF) hanya diikuti oleh satu regu

3. Cabang lomba Majalah Dinding (Mading) hanya diikuti oleh satu regu

Pada tahap mengikuti lomba di Universitas Bengkulu, peserta didik sangat bersemangat dan antusias dalam mengikuti lomba. Hari pertama tanggal 23 November 2010 lomba yang diikuti adalah lomba Mading. Pengumuman pemenang lomba mading akan dilaksanakan pada tanggal 27 November 2010, hal ini dikarenakan lomba mading hanya satu tahap. Pada hari pengumuman hasil lomba, ternyata regu dari MTsN Karang Anyar mendapat juara dua lomba Mading tingkat SMP se-provinsi Bengkulu. Hadiah yang diperoleh regu MTsN Karang Anyar berupa piala, uang dan piagam penghargaan.

Hari kedua tanggal 24 November 2010 lomba yang diikuti adalah lomba BFR dan LCTF. Lomba BFR berlangsung dalam dua tahap, pada tahap pertama peserta didik yang mengikuti lomba hanya menempati urutan ke-12 dan ke-13, tidak masuk urutan enam besar, sehingga tidak dapat masuk tahap kedua. Pada tahap penyisihan LCTF, regu MTsN Karang Anyar mengikuti tahap penyisihan pertama yang diikuti oleh empat regu. Pada penyisihan tahap pertama dipilih dua regu dengan skor tertinggi. Regu MTsN Karang Anyar hanya mendapat urutan ke-empat, sehingga tidak masuk babak semi final. Walaupun tidak masuk ke babak selanjutnya, semua peserta lomba BFR dan LCTF mendapatkan piagam penghargaan sebagai peserta.

XI. Saran

Peserta didik yang akan mengikuti lomba-lomba yang sejenis hendaknya dipersiapkan lebih matang lagi, selain itu perlu diasah lebih tajam lagi tingkat kepercayaan diri peserta didik.

XII. Penutup

Demikianlah laporan kegiatan lomba Bintang Fisika Raflesia (BFR), Lomba Cepat Tepat Fisika (LCTF) dan Majalah Dinding (Mading) se-provinsi Bengkulu pada Pekan Orientasi Fisika (POIF) XIII Plus di Universitas Bengkulu ini dibuat untuk menjadi pedoman maupun referensi dalam melaksanakan kegiatan serupa.