10 Juni 2017

Cake Puding Emalia Kitchen (day 25#Eza Avlenda#30DWC Jilid 6#Squad 2)

Waktu menunjukkan pukul tiga belas, sudah waktunya pulang. Pada bulan ramadhan, kami pulang kerja tepat pukul tiga belas. Hari ini begitu terik, dahaga mencakar-cakar kerongkonganku. Kuusap-usap leherku, berharap bisa berdamai dengan dahaga. Sepulangnya dari tempat kerja, aku memutuskan untuk mampir ke galeri cake, Emalia Kitchen. Aku ingin membeli panganan untuk berbuka nanti.
Kupacu sepeda motorku lebih cepat. Berharap dapat mengalahkan panas sang surya yang menjilati tubuhku. Usai berkendara lebih dari tiga puluh menit, akhirnya aku sampai di galeri cake. Kuparkirkan sepeda motorku di bawah mangga. Berjalan menuju pintu masuk.

Aku mengucapkan salam, “Assalamualaikum”
Sembari menjawab salamku muncul sosok seorang wanita muda yang energik, dengan senyum terkembang. Namanya mbak Emalia, biasa disapa mbak Ema.
“Waalaikumussalam, silahkan masuk mbak”
Aku meninggalkan alas kakiku di depan, mengiringi langkah mbak Ema menuju galerinya.
“Mbak, aku ingin membeli sesuatu yang segar, untuk menu pembuka berbuka puasa nanti”
“saya merekomendasikan mbak membeli cake pudding, bagaimana?” lanjutnya, sambil mengeluarkan sesuatu dari show casenya.
“Wow, pasti enak ini mbak, kelihatannya segar sekali” jawabku, seraya mengambil pudding di tangannya.

Melihat tampilannya saja sudah begitu menggoda. Lidahku menggeliat manja. Tak sabar ingin mencicipinya. Terbayang enaknnya pudding menggelesot di kerongkonganku. Mataku menatap liar, sosok pudding yang ada di tanganku. Pudding berlapis dengan susunan buah mengkilap di atasnya. Lengkungan jeruk tersusun melingkar di bagian luarnya. Di baris kedua ada potongan anggur segar diselingi nata de coco, agar tampilan lebih memikat, ditambah potongan strawberry dan cherry.

“Berapa harganya mbak?” tanyaku.
“Seratus tujuh puluh lima ribu mbak” jawabnya.
“Ngak mahal lho mbak” lanjutnya dengan mimik riang.
“Bagian dasarnya, cake coklat dibalut agar bening dengan diameter 25 cm. ditambah topping buah full di atasnya mbak. Disajikan dalam keadaan dingin, pasti endol banget (enak, red) untuk berbuka”
“aku ambil deh mbak” jawabku tanpa berpikir lama.
Mbak Ema langsung mengemas cakenya. Sementara aku merogoh dompet menyiapkan sejumlah uang.
“Terima kasih mbak, jangan lupa jajan kembali ke sini ya” ucapnya sambil menyerahkan cake puddingnya.
“Iya mbak, insyaallah” jawabku.

Aku menuju sepeda motorku, hari terasa masih terik. Aku tidak tahu berapa suhu siang hari ini, yang pasti terasa sangat panas. Aku pulang menuju rumah, yang berjarak hanya dua kilo dari galeri cake ini. Sesampainya di rumah, kusimpan cakenya di kulkas, agar tetap dingin, hingga menjelang waktu berbuka.

Hidangan berbuka, telah kutata dengan apik di meja. Hidangan pembuka berbuka telah sejak tadi berdansa di pelupuk mataku. Es timun serut dipadu dengan selasih, ditambah sirup marjan. Disandingkan dengan cake puddingnya Emalia Kitchen. Kelihatannya segar semua.

Terdengar bunyi sirine di masjid, menunjukkan waktunya berbuka puasa.
“Bismillahirrahmannirrahim” kami sekeluarga membaca doa berbuka.
Kuseruput es timunnya, membasahi tenggorokanku, segar dingin. Terbayar sudah dahaga yang begitu menyiksa siang hari tadi. Kupotong topping buah di bagian atas cake, dengan piawai lidahku menendang potongan cake ke arah gerahamku, kembali ke lidah, kemudian meluncur menuju kerongkonganku. Perpaduan jeruk manis, anggur dan strawberry memberi paduan rasa yang memanjakan lidah. Belum lagi bagian dasarnya, begitu memasuki mulut, semburan cake lumer membasahi lidah dengan aroma coklatnya. Begitu terasa nikmatnya berbuka, cake pudding buatan Emalia Kitchen.


Tidak ada komentar: