GURU
HEBAT
1. Sosok Guru Hebat
Profesi
sebagai seorang guru merupakan pilihan yang tepat bagi saya. Ada banyak tokoh
dunia pendidikan yang saya kagumi, tetapi sudah banyak dibahas melalui berbagai
media cetak maupun elektronik. Beberapa orang guru yang langsung bersentuhan
dengan kehidupan saya, menjadi inspirasi bagi saya dalam menjalankan tugas,
tidak berlebihan jika saya menyebutkan sisi yang saya kagumi dari guru-guru
saya.
Saya
melanjutkan sekolah menengah atas di SMUN 1 kota Bengkulu pada tahun 1994,
seorang guru biologi bernama Nenti Haryanti menjadi idola saya di kala itu. Ibu
Nenti begitulah panggilan akrab beliau, merupakan sosok seorang guru yang
tenang, suasana belajar yang enak, serta banyak memberi perhatian kepada
siswanya. Kami begitu antusias menerima materi pelajaran dari beliau, ada
banyak kegiatan belajar yang membuat kami merasa begitu terlibat didalamnya,
ada kerinduan tersendiri jikalau beliau berhalangan hadir.
Pada
tahun 1997 saya melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 di Program Studi
Pendidikan Biologi Universitas Bengkulu, ada seorang dosen sekaligus pembimbing
akademik saya Dr. Diah Aryulina. Bu Diah adalah seorang dosen yang menurut saya
mengajar dengan penuh antusias, bersemangat, disiplin, memberi bimbingan,
selalu mendukung kegiatan mahasiswa, memotivasi mahasiswa untuk lebih banyak
melakukan kegiatan dan meraih prestasi. Ada sosok beliau yang begitu membuat
saya terharu, beliau selalu memberi reward
atas prestasi yang saya dapat berupa pujian, biaya kursus internet dan buku.
Beliau akan menanyakan “buku apa yang eza butuhkan, karena saya akan berangkat
ke jakarta?” Ya..buku, salah satu hadiah yang diberikan kepada saya. Bahkan
hingga saya menjadi gurupun beliau masih saja mengirimi saya buku; buku
Undang-undang Guru dan Dosen Tahun 2005 dan buku mengenai Permendiknas Nomor
22, 23 dan 24 Tahun 2006. Beliau selalu memotivasi saya untuk menjadi guru yang
memiliki kepribadian yang kuat, kaya dengan ilmu dan jangan pernah berhenti
untuk belajar. Sosok yang memberi saya inspirasi untuk selalu melaksanakan
tugas dengan maksimal dan harus banyak berbuat untuk kemajuan diri sendiri
maupun orang lain.
Program
beasiswa S2 untuk guru bidang studi pada jenjang tsanawiyah dan aliyah yang
dilaksanakan oleh kementerian agama, memberi kesempatan kepada saya untuk
melanjutkan studi di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Program Studi
Biologi tahun 2007. Melalui program beasiswa ini diharapkan guru bidang studi
di bawah naungan kementerian agama dapat meningkatkan kompetensi akademiknya
sesuai dengan latar belakang pendidikan masing-masing. Ada sosok seorang dosen
yang juga memberi inspirasi kepada saya, beliau adalah Dr. Devi Nandita
Choesin. Bu Devi dengan tampilannya yang sederhana dan selalu hangat bila
bertemu mahasiswa, memberi pengalaman yang sama hebatnya di saat saya bertemu
dengan ibu Diah. Beliau memiliki sikap disiplin yang tinggi, membimbing
mahasiswa dengan penuh kesabaran, selalu membiasakan mahasiswa untuk
menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Di antara kesibukannya yang padat,
beliau tetap menyempatkan mengoreksi tugas-tugas yang dikerjakan mahasiswa.
Jika ada tugas mahasiswa yang mirip/sama persis, beliau akan memanggil
mahasiswa tersebut dan meminta klarifikasi mengenai tugasnya. Satu hal yang
saya pelajari dari kebiasaan sang dosen, bahwa sesungguhnya beliau menginginkan
mahasiswa mengerjakan tugas dengan usahanya sendiri, tidak menjadi plagiat
apalagi memperoleh semua dengan instan. Melalui cara ini sebenarnya bu Devi
ingin agar mahasiswa menjadi lebih kreatif, bisa berinovasi, bersungguh-sungguh
dalam mengerjakan tugas apapun, agar hasil yang diperoleh juga maksimal. Ada
nasehat yang beliau sampaikan setelah usai sidang thesis, yang membuat saya
menangis : “saya sangat menghargai semua kerja keras dan jerih payah yang telah
kamu lakukan selama ini, baik pada saat perkuliahan, melakukan penelitian
hingga sidang ini. saya yakin sekali kamu adalah orang yang tekun dan gigih,
jangan pernah hilang semangat itu. Apalagi kamu seorang guru, guru yang harus
menjadi contoh yang baik untuk murid-muridmu, untuk rekan sesama guru dan yang
paling penting, kamu akan kembali ke masyarakat. Saya berharap akan bertemu
kamu lagi di sini, di program doktor”. Nasehat beliau begitu dalam saya
rasakan, ternyata di sela-sela kesibukannya, beliau mengikuti perkembangan saya
selama menempuh studi di sini.
Ada
banyak pengalaman dan pelajaran yang saya dapatkan dari guru-guru hebat saya,
yang berpengaruh juga terhadap perilaku saya dalam menjalankan tugas sebagai
guru. Pengalaman yang bisa membangkitkan dan memelihara motivasi dan semangat
saya untuk tetap melaksanakan tugas dan memberikan hal terbaik yang saya punya
untuk dunia pendidikan.
Dunia
pendidikan merupakan dunia yang selalu ada harapan dan cita-cita, ada situasi
yang ingin kita ubah, ada hasil yang ingin kita pertahankan dan ada juga
saat-saat yang mengharukan. Terkadang hal-hal yang kita lakukan belum
menunjukkan hasil yang dapat kita rasakan pada saat itu, tetapi hasil tersebut
bisa saja muncul setelah selang beberapa tahun kemudian.
Guru
adalah sosok yang digugu dan ditiru, seorang guru tidak hanya pandai saja,
tetapi harus memiliki kepribadian yang luhur, yang dapat menjadi panutan dan
tuntunan bagi siswanya. Sebagai seorang guru kita harus selalu memperbaiki dan
meningkatkan kualitas diri, agar kebiasaan-kebiasaan positif yang sering kita
lakukan dapat dicontoh oleh siswa. Seorang guru harus dapat menjadi pribadi
yang utuh, yang memiliki akhlak yang mulia, baik dalam hal perilaku maupun
ucapannya. Siswa akan menilai seorang guru berdasarkan kesesuaian ucapan dan
perilakunya. Seorang guru yang sering bertindak tidak sesuai dengan ucapannya,
seringkali kali mendapat respon yang kurang baik dari siswanya.
Guru
yang profesional, berkualitas, dan mempunyai visi yang jauh ke depan dapat
menjadikan siswa sebagai generasi yang menyadari keesaan tuhannya, berkualitas,
unggul, dan tangguh dalam menghadapi perubahan. Guru harus bersemangat dalam
mengejar ilmu dan “up date knowledge”
merupakan hal yang penting yang harus dilakukan guru, tidak hanya penting
karena tugas guru sebagai agent
pembelajaran, tetapi juga untuk
mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki siswanya.
2.
Pengalaman
menjadi guru
Saya
terjun di dunia pendidikan dimulai pada tahun 2002, banyak pelajaran dan
pengalaman berharga yang saya dapatkan dari rekan-rekan guru.
Must go on
Pelajaran
berharga dari sosok guru-guru hebat saya memberikan pengaruh yang tidak sedikit
terhadap pelaksanaan tugas saya sebagai guru. Karakter disiplin, pekerja keras,
ulet, dan selalu ingin belajar yang mereka tanamkan pada saya sangat membantu
pekerjaan saya. Saya selalu berusaha memberikan contoh kebiasaan-kebiasaan yang
positif kepada siswa. Saya mempunyai harapan agar ada karakter yang kuat, yang
bisa saya tanamkan pada mereka.
Melaksanakan
tugas sebagai guru yang dapat menjadi teladan yang baik bagi siswanya tidaklah
mudah. Bukankah siswa menilai guru berdasarkan perilaku kesehariannya yang
dapat mereka amati. Siswa pasti sudah mengenal kebiasaan masing-masing gurunya.
Berdasarkan pengamatan saya, siswa akan memberi respon yang sama dengan kebiasaan
gurunya. Misal jika ada seorang guru yang sering datang terlambat maka siswa
juga akan terlambat masuk ke dalam kelas, jika ada guru yang malas menilai
pekerjaan siswa maka siswa akan malas mengerjakan tugas dari sang guru. Begitu
juga sebaliknya, jika guru datang tepat waktu maka siswa tidak akan terlambat
masuk ke dalam kelas, guru yang dalam pelaksanaan proses pembelajarannya
menarik maka siswa pun akan belajar dengan antusias.
Guru
yang disiplin, memiliki etos kerja tinggi, kreatif dan inovatif sering kali
mendapat hambatan dalam melaksanakan tugasnya. Hambatan yang paling sering
muncul berasal dari rekan seprofesinya. Guru yang disiplin terhadap waktu,
mempersiapkan perangkat pembelajaran, melakukan inovasi-inovasi baik dari segi
metode mengajar maupun media yang digunakan, up date informasi terbaru seputar dunia pendidikan akan dianggap
sebagai guru yang idealis, sok tahu, egois dan kaku. Tantangannya adalah
bagaimana agar guru tersebut tetap pada kebiasaan-kebiasaan positifnya di
tengah iklim kerja yang tidak kondusif. Pada kondisi seperti ini terkesan bahwa
guru tersebut menentang arus.
Sebagai
seorang guru yang memiliki keyakinan yang teguh bahwa menjadi guru adalah tugas
mulia, maka sebaiknya keyakinan itu tidak luntur hanya karena kita bekerja melawan
arus. Mari kita lakukan banyak hal yang bisa meningkatkan kualitas diri kita,
tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip yang kita miliki, jika kita
terbentur dan menghadapi masalah, maka tanggapilah masalah tersebut sebagai
suatu proses pembelajaran untuk kita. Mari tanamkan di dalam diri kita bahwa “harga diri saya dipertaruhkan, jika saya
tidak melakukan setiap pekerjaan yang diamanahkan kepada saya dengan maksimal”.
Kerja keras, jangan menjadi guru yang
biasa saja
Sebagai
seorang guru, saya selalu berusaha melakukan apa saja dengan sebaik mungkin.
Menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun administrasi, melakukan banyak hal
yang dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan diri. Hal-hal yang telah
saya lakukan untuk meningkatkan kemampuan akademik saya diantaranya membeli
buku-buku yang berhubungan dengan tugas saya sebagai agen pembelajaran,
mengikuti seminar-seminar pendidikan, membuat inovasi media pembelajaran,
melakukan PTK, mengikuti lomba-lomba guru serta membimbing siswa untuk mengikuti
lomba.
Motivasi
untuk berhasil dan keyakinan yang kuat merupakan modal utama saya untuk selalu
melakukan banyak hal. Pengalaman-pengalaman dari orang lain yang saya dapatkan
dari membaca, sharing, dan konsultasi
akademik sangat membantu saya dalam mengerjakan banyak hal, menjadikan proses
pembelajaran tersendiri bagi saya. Saya ingin menjadi guru yang berfikir out of the box, melakukan sesuatu dengan
penuh keyakinan, tanpa harus merasa putus asa apabila menemui jalan buntu. Saya
sering berhenti sejenak untuk melepaskan kelelahan dan mengumpulkan tenaga baru
untuk melanjutkan dan memulai pekerjaan baru.
Be trigger
Tugas
tambahan sebagai wali kelas pernah memberi pengalaman yang berharga untuk saya.
Pada waktu itu saya mendapat tugas sebagai wali kelas VII. Kegiatan pengambilan
laporan penilaian hasil belajar semester ganjil, semua orang tua/wali harus
datang ke madrasah untuk mengikuti kegiatan tersebut. Kegiatan ini dimulai
dengan pengarahan yang disampaikan oleh wali kelas, diantaranya laporan
mengenai kemajuan yang telah diperoleh siswa secara klasikal selama satu
semester, harapan-harapan yang belum tercapai dan apa saja yang perlu dilakukan
untuk membantu meningkatkan kemampuan akademik dan perkembangan siswa pada
semester berikutnya. Ada wali murid dari salah seorang siswa yang kedua orang
tuanya datang, setelah melihat laporan hasil penilaian yang diperoleh anaknya,
raut muka mereka tampak kecewa sekali.
Singkat
cerita, kedua orang tua tersebut menceritakan bahwa tiga orang anak
terdahulunya tidak ada yang selesai sekolah, sehingga mereka pesimis apakah
anak bungsunya ini akan selesai sekolah atau tidak. Pada saat itu mereka
meminta saya untuk membimbing sekaligus memberi pelajaran tambahan kepada
anaknya. Perlu diketahui bahwa siswa tersebut menempati peringkat ke-27 dari 30
orang, termasuk anak yang tidak aktif dalam proses pembelajaran, dan kurang
percaya diri. Akhirnya saya mengambil inisiatif menyuruh siswa tersebut
berkunjung ke rumah saya.
Pada saat siswa tersebut berkunjung ke rumah,
anak perempuan saya yang berumur lima tahun sedang mengerjakan soal-soal
hitungan sederhana dan mengalami kesulitan. Mbak begitulah panggilan anak
sulung saya. “Mbak... minta tolong abang yang mengajarkan”, dengan gampangnya
siswa tersebut membantu menyelesaikan soal-soal hitungan anak saya, yang kala
itu baru masuk TK. Saya langsung memberi pujian “Syawal ternyata pintar dong, coba lihat anak ibu kelihatannya puas
diajari Syawal”, dengan terkejut siswa tersebut tersenyum dengan raut wajah
memerah. Semenjak hari itu, setiap hari Senin hingga Kamis, siswa tersebut
selalu datang ke rumah saya untuk les. Selalu saya berikan pujian setiap siswa
tersebut melakukan kebaikan dan meyakinkan bahwa dia mampu untuk berhasil jika
dilakukan dengan kerja keras. Saya memantau kemajuan siswa tersebut, dan
ternyata seiring waktu rasa percaya dirinya muncul, dia mulai aktif mengikuti
proses pembelajaran, mengerjakan tugas-tugas dan selalu ingin maju ke depan
kelas untuk menyelesaikan contoh-contoh soal.
Pada
akhir semester genap, siswa tersebut menunjukkan kemajuan yang sangat pesat,
dia mampu menduduki peringkat ketiga di kelasnya. Kedua orang tuanya sangat
bangga dengan prestasi yang telah diraihnya. Berdasarkan pengalaman ini, ada
satu pelajaran yang dapat kita petik, bahwa siswa yang sebelumnya sering kita
cap “kurang cerdas” ternyata hanya butuh ”trigger”
untuk membangkitkan keyakinan dirinya bahwa sesungguhnya mereka memiliki
kemampuan dan potensi untuk menjadi yang terbaik.
Sebagai
seorang guru, marilah sama-sama kita menjadi trigger bagi murid-murid kita. Ayo bantu dan yakinkan mereka bahwa
keyakinan, rasa percaya diri dan semangat untuk berhasil, akan mengantarkan
mereka menuju kesuksesan. Kepada semua gurui jangan berputus asa untuk selalu
melakukan kebaikan, jangan pernah berhenti untuk berharap, karena kebahagiaan
guru terletak pada keberhasilannya menanamkan karakter yang kuat pada diri
muridnya. “Let’s take a massive action
for education”.
Siap menang, siap kalah
“ibu
kesal ya?...kami kalah” kalimat itu dilontarkan siswa saya dengan wajah penuh
kecewa. Pada saat itu, kami tengah di perjalanan pulang dari mengikuti suatu
lomba di kotamadya Bengkulu. MTsN Karang Anyar Kabupaten Bengkulu Utara
merupakan salah satu sekolah yang sering mengikuti ajang-ajang perlombaan baik
di tingkat kabupaten maupun provinsi. Saya kaget dengan pertanyaan tersebut,
ternyata siswa saya berani menanyakan “apakah kami dewan guru kesal, jika siswa
yang mengikuti ajang perlombaan tidak mendapat juara”. Jawaban saya pada saat
itu : “kalian sudah bagus kok, dengan melihat urutan prestasi yang diraih
dibandingkan dengan jumlah peserta keseluruhan. Jika kalian mengikuti ajang
perlombaan dengan sepenuh hati, telah bekerja keras dan melakukan yang terbaik,
maka kalian harus siap menang dan siap kalah. Tidak perlu kecewa jika belum
berhasil, jadikan pengalaman lomba saat ini sebagai acuan untuk mempersiapkan
diri mengikuti lomba yang akan datang”. Pengalaman saya mendampingi siswa
mengikuti lomba, pada saat menjelang lomba, acap kali siswa terserang demam panggung,
panik, bahkan pernah memilih mundur sebelum bertarung. “Tugas kalian mengikuti
lomba, lakukan sebaik mungkin, masalah hasilnya bagaimana itu urusan nanti”,
kalimat itu yang biasa saya lontarkan kepada para siswa yang begitu panik,
menjelang detik-detik perlombaannya. Sikap untuk bisa menerima kekalahan
ternyata harus ditanamkan pada diri siswa, agar mereka menjadi pribadi yang
tangguh, tidak mudah putus asa, tidak berhenti untuk mencoba, dan sanggup
menghadapi situasi yang pahit sekalipun. Terkadang kita para guru hanya
mementingkan predikat juara yang dapat diraih siswa. Kita melupakan kerja keras
dan kesungguhan mereka, apabila mereka tidak mendapatkan piala, seolah-olah
pengalaman mereka mengikuti ajang perlombaan bukan suatu hal yang perlu kita
tanyakan.
3.
Harapan
untuk selalu melakukan perubahan yang baik
Sebagai
seorang guru kita harus memiliki keyakinan yang kuat, tanpa keyakinan apa yang
kita cita-citakan tidak akan dapat diraih. Yakin terhadap kemampuan diri
sendiri, akan memberikan kita semangat baru untuk melaksanakan tugas mulia ini
dengan baik. Saya selalu berusaha membangkitkan semangat untuk melakukan tugas
dengan baik melalui buku-buku bacaan yang dapat meningkatkan motivasi mengajar.
Mengembangkan profesionalisme sebagai seorang guru melalui banyak kegiatan.
Tidak sedikit guru yang tidak memiliki harapan untuk perubahan. Guru yang hanya
melakukan tugas untuk melepaskan kewajiban.
Akhirnya
kepada semua guru, mari kita laksanakan tugas kita sebaik-baiknya dengan ikhlas
dan penuh keyakinan. Seorang guru harus memperbaiki kualitas dirinya baik dari
segi perilaku, ucapan maupun bidang akademis. Mari jadikan diri kita sebagai
inspirasi dan motivasi bagi siswa maupun teman sejawat, karena sesungguhnya
kebaikan yang kita tanam hari ini, akan kita nikmati hasilnya di masa yang akan
datang.
Eza Avlenda, S.Pd., M.Si
eza.avlenda@madrasah.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar