Tidak banyak yang aku kerjakan hari ini.
Tidak seperti biasanya, sibuk menyiapkan menu untuk makan sahur pertama. Senja
ini begitu cerah, cahaya jingga masih hangat menyeruak di antara jendela kamar.
Aku masih terbaring malas memeluk bantal guling. Ku ambil ponsel, pukul 16.50
wib. Dengan malas, aku beranjak.
"Ahh...naik dua lantai dari kamar,
tangganya...ahh capek"
Aku terhempas kembali di kursi depan
kamarku. Suasana kostan masih sepi. Akhirnya perlahan aku menuju lantai empat.
Lantai empat ini, disediakan empunya untuk tempat menjemur pakaian. Sejenak aku
duduk dibibir tembok, memandang ke arah jalan. Suara klakson mobil bersahutan,
seperti biasa jalan suci kota bandung salah satu titik macet. Pojok ayam
taliwang yang berada di depan kostan ku pun sudah sibuk menata meja, pertanda
hari semakin senja. Kupandang masjid pusdai yang terletak di sebelah kiri.
Bangunan besar berbentuk segi empat dengan paduan warna krem dan ungu muda
tampak lengang. Tarawih malam pertama nanti, aku putuskan di masjid ini. Berjalan
gontai, sambil membawa pakaian, aku menuju kamar.
Habis menunaikan shalat magrib berjamaah.
Aku dan teman sekamarku bersiap menuju masjid. Suara kicauan burung terdengar
dari ponselku, pertanda ada panggilan masuk.
"Assalamualaykum" terdengar suara tak asing di
seberang sana.
"Waalaykumussalam bu" sahutku.
"Eza lagi dimana? Lagi ngapain?"
"Eza lagi di kostan bu. Ini baru mau berangkat ke
pusdai"
"Lho eza nggak nonton tv ya?"
"Eza nggak hobby bu" jawabku.
Bu rita langsung menimpali "Eza coba hubungi dulu
keluarga di bengkulu, saya barusan nonton berita, ada gempa di bengkulu"
"Astagfirullah" langsung aku putuskan teleponnya.
Aku terhempas di kursi depan kamarku. Sambil menangis, kubuka
log panggilan. My soulmate, langsung
ku tekan nomor ini. Terdengar nada sibuk. Kuulangi lagi, terdengar nada yang
sama. Makin deras aku menangis.
"Ya Allah, lindungilah keluarga ku"
Teman sekamarku yang berasal dari bengkulu pun sibuk
menghubungi keluarganya. Kami bernasib sama, jaringan sibuk. Teman-teman kuliah
bergantian menghubungi, menanyakan keadaan keluargaku di bengkulu. Aku mulai
kalut, pikiran buruk bergantian muncul di benakku. Mataku mulai bengkak, ku
letakkan handphone di kursi. Sambil menangis, aku berdoa "Ya Allah selamatkanlah
keluargaku, selamatkan, selamatkan ya Allah"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar