1. Terpaksa Mencintai
Saya melanjutkan sekolah
menengah atas di SMUN 1 Kota Bengkulu pada tahun 1994. Ada beberapa sosok guru yang membuat saya bersemangat dalam
mengikuti pelajarannya. Tahun pertama saya duduk di bangku SMU, Fisika dan
Bahasa Inggris adalah mata pelajaran yang saya sukai. Salah satu faktor
penyebabnya adalah sosok guru yang mengampunya. Pak Galingging adalah guru yang
mengampu mata pelajaran Fsika. Saya sangat bersemangat mengikuti pelajaran
beliau, menantang saya agar selalu berpikir cepat untuk menemukan konsep-konsep
dengan kata kunci yang beliau berikan dan saya selalu ingin menyelesaikan
soal-soal hitungan lebih awal daripada teman-teman yang lain. Saya mencari
semua buku-buku Fisika kelas satu yang ada ada di perpustakaan, ada lima judul
buku Fisika yang saya pinjam. Sementara Mom Lena adalah guru yang mengampu mata
pelajaran Bahasa Inggris. Mom Lena
adalah guru yang sangat bersemangat dalam mengajar, saya selalu memperhatikan
mimik wajahnya pada saat memberi contoh kalimat. Terkadang mimiknya sedih,
gembira ataupun marah. Saya kagum sekali ketika melihat Mom Lena bertemu dengan Mr
Anton, mereka akan bercakap-cakap menggunakan Bahasa Inggris. Saya terkadang
bergumam di dalam hati, “kapan saya bisa bercakap-cakap menggunakan Bahasa
Inggris dengan lancar”.
Tahun pertama di bangku SMU saya
lewati, berlanjut tahun kedua dan akhirnya saya memasuki tahun ketiga. Pada
tahun ketiga sudah mulai penjurusan sesuai minat masing-masing. Pada tahun
1996, SMUN 1 Kota Bengkulu memiliki tiga jurusan yaitu jurusan Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan jurusan Bahasa, saya masuk
jurusan IPA. Di tahun ketiga ini, selain mendapatkan pelajaran tambahan di
sekolah, saya ingin sekali mengikuti Bimbingan Belajar (Bimbel) untuk persiapan
EBTA/EBTANAS dan UMPTN seperti teman-teman yang lain. Namun keinginan saya
ditolak orangtua, menurut mereka kegiatan les di sekolah sudah cukup, jika saya
bersungguh-sungguh, akhirnya saya terima dengan lapang dada. Menjelang masuk
semester genap, saya sudah mulai memikirkan nanti akan melanjutkan studi kemana.
Saya ingin sekali melanjutkan kuliah ke pulau Jawa mengambil jurusan pertanian.
Ada program mahasiswa undangan di UNDIP, saya sangat bersemangat sekali. Setelah mengutarakan keinginan kepada Bapak
saya, jawabannya singkat saja “Bapak akan membiayai kuliah di FKIP, Eza harus
jadi guru, kalau tidak mau menjadi guru tidak usah kuliah. Bapak tidak
mengizinkan Eza kuliah ke pulau jawa, kuliah di Bengkulu saja, ada waktunya
nanti Eza pergi ke pulau Jawa”. Dengan berat hati saya menyampaikan kepada guru
di sekolah, kalau saya tidak bisa mengambil jalur undangan tersebut. Untuk mendapatkan
jatah mahasiswa undangan UNIB pun sudah tidak ada lagi. Akhirnya dengan terpaksa saya mengikuti jalur
tes dan melanjutkan
pendidikan ke jenjang S1 di Program Studi Pendidikan Biologi Universitas
Bengkulu pada tahun
1997.
Pada tahun pertama saya kuliah, saya
merasa malu kuliah di FKIP, tidak terpikirkan oleh saya untuk menjadi guru.
Namun seiring waktu saya mulai merasa nyaman kuliah di program studi Biologi
UNIB. Bertemu dengan teman-teman yang menyenangkan, bersemangat untuk selalu menguasai
semua mata kuliah dan memperoleh kesempatan mengenal sosok dosen yang akhirnya
saya kagumi, Dr. Diah Aryulina, MA. Saya berpikir, mungkin sudah takdir saya
menjadi seorang guru. Setelah tamat dari bangku kuliah, saya menjadi guru
honorer di MAN Model Kota Bengkulu. Seiring perjalanan waktu saya menikmati dan
mencintai profesi saya sebagai seorang guru.
2.
Pengalaman menjadi guru
Saya terjun di dunia pendidikan
dimulai pada tahun 2002 hingga 2004 sebagai guru honorer. Saya diangkat menjadi
Guru PNS pada tahun 2004 dan bertugas di MTsN Karang Anyar Arga Makmur
Kabupaten Bengkulu Utara.
Banyak pelajaran dan pengalaman
berharga yang saya dapatkan dari rekan-rekan guru dan siswa saya. Ada banyak peristiwa/kejadian yang
menurut saya penting, ada banyak hikmah dan pelajaran yang bisa saya ambil.
Must go on
Pelajaran berharga dari sosok
guru-guru hebat saya memberikan pengaruh yang tidak sedikit terhadap
pelaksanaan tugas saya sebagai guru. Karakter disiplin, pekerja keras, ulet,
dan selalu ingin belajar yang mereka tanamkan pada saya sangat membantu
pekerjaan saya. Saya selalu berusaha memberikan contoh kebiasaan-kebiasaan yang
positif kepada siswa. Saya mempunyai harapan agar ada karakter yang kuat, yang
bisa saya tanamkan pada mereka.
Melaksanakan tugas sebagai guru yang
dapat menjadi teladan yang baik bagi siswanya tidaklah mudah. Bukankah siswa
menilai guru berdasarkan perilaku kesehariannya yang dapat mereka amati. Siswa
pasti sudah mengenal kebiasaan masing-masing gurunya. Berdasarkan pengamatan
saya, siswa akan memberi respon yang sama dengan kebiasaan gurunya. Misalnya jika ada seorang guru yang sering
datang terlambat maka siswa juga akan terlambat masuk ke dalam kelas, jika ada
guru yang malas menilai pekerjaan siswa maka siswa akan malas mengerjakan tugas
dari sang guru. Begitu juga sebaliknya, jika guru datang tepat waktu maka siswa
tidak akan terlambat masuk ke dalam kelas, guru yang dalam pelaksanaan proses
pembelajarannya menarik maka siswa pun akan belajar dengan antusias.
Guru yang disiplin, memiliki etos
kerja tinggi, kreatif dan inovatif sering kali mendapat hambatan dalam
melaksanakan tugasnya. Hambatan yang paling sering muncul berasal dari rekan
seprofesinya. Guru yang disiplin terhadap waktu, mempersiapkan perangkat
pembelajaran, melakukan inovasi-inovasi baik dari segi metode mengajar maupun
media yang digunakan, up date
informasi terbaru seputar dunia pendidikan akan dianggap sebagai guru yang
idealis, sok tahu, egois dan kaku. Tantangannya adalah bagaimana agar guru
tersebut tetap pada kebiasaan-kebiasaan positifnya di tengah iklim kerja yang
tidak kondusif. Pada kondisi seperti ini terkesan bahwa guru tersebut
menentang arus, padahal sebenarnya guru tersebut berusaha bekerja sesuai aturan.
Sebagai seorang guru yang memiliki
keyakinan yang teguh bahwa menjadi guru adalah tugas mulia, maka sebaiknya
keyakinan itu tidak luntur hanya karena kita bekerja melawan arus. Mari kita
lakukan banyak hal yang bisa meningkatkan kualitas diri kita, tetap berpegang
teguh pada prinsip-prinsip yang kita miliki, jika kita terbentur dan menghadapi
masalah, maka tanggapilah masalah tersebut sebagai suatu proses pembelajaran
untuk kita. Mari tanamkan di dalam diri kita bahwa “harga diri saya dipertaruhkan, jika saya tidak melakukan setiap
pekerjaan yang diamanahkan kepada saya dengan maksimal”.
Kerja
keras, jangan menjadi guru yang biasa saja
Sebagai seorang guru, saya selalu
berusaha melakukan apa saja dengan sebaik mungkin. Menyelesaikan tugas-tugas
akademik maupun administrasi, melakukan banyak hal yang dapat mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan diri. Saya memiliki prinsip, seorang guru jangan pernah
berhenti belajar, ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang, bagaimana
guru bisa mengajar kalau dia sendiri tidak mau belajar. Hal-hal yang telah saya lakukan
untuk meningkatkan kemampuan akademik saya diantaranya membeli buku-buku yang
berhubungan dengan tugas saya sebagai agen pembelajaran, mengikuti
seminar-seminar pendidikan, membuat inovasi media pembelajaran, melakukan PTK,
mengikuti lomba-lomba guru serta membimbing siswa untuk mengikuti lomba.
Motivasi untuk berhasil dan keyakinan
yang kuat merupakan modal utama saya untuk selalu melakukan banyak hal.
Pengalaman-pengalaman dari orang lain yang saya dapatkan dari membaca, sharing, dan konsultasi akademik sangat
membantu saya dalam mengerjakan banyak hal, menjadikan proses pembelajaran
tersendiri bagi saya. Saya ingin menjadi guru yang berfikir out of the box, keluar dari
zona nyaman, melakukan
sesuatu dengan penuh keyakinan, tanpa harus merasa putus asa apabila menemui
jalan buntu. Saya sering berhenti sejenak untuk melepaskan kelelahan dan
mengumpulkan tenaga baru untuk melanjutkan dan memulai pekerjaan baru.
Disiplin itu
penting
Pendidikan disiplin dalam keluarga
memberi kebiasaan yang baik dan mempengaruhi saya dalam menjalankan tugas
sebagai seorang guru. Kebiasaan yang baik ini, selalu saya tanamkan kepada
siswa. Motivasi
dan harapan
saya adalah pembiasaan disiplin sejak dini kepada siswa, akan membentuk
karakter yang baik dan berguna untuk menjalani hidup di masa yang akan datang
serta sangat berpengaruh ketika telah terjun di dunia kerja.
Dalam mengajar saya selalu berusaha
untuk disiplin, jika tidak ada keperluan yang mendesak saya akan mengajar dan
mengerjakan semua tugas di sekolah. Pada tahun 2004-2005 saya mengampu mata
pelajaran Fisika. Pada saat bel tanda masuk berbunyi, maka saya akan langsung
menuju kelas. Siswa sudah sangat hapal dengan kebiasaan saya yang satu ini.
Setiap memberi tugas rumah, saya selalu mengoreksinya bersama siswa dan siswa
langsung bisa mengetahui hasilnya. Ada seorang siswa laki-laki kelas tiga yang
kebetulan berdomisili di dekat rumah saya, namanya Zulkarnain. Siswa laki-laki
tersebut biasanya hadir pada pelajaran saya, tetapi sering bolos jika tidak ada
pelajaran saya. Karena siswa tersebut
sering tidak hadir, maka saya diberi tugas menyampaikan surat panggilan ke
orang tuanya. Begitu saya bertemu dengan orangtuanya, saya menanyakan “kemana
Zul, kenapa jarang masuk sekolah bu? ibu diminta datang ke MTs karena anak ibu
sering tidak hadir.” Wajah ibu tersebut memerah, dan menjawab kalau beliau juga
sudah kewalahan menghadapi anaknya. Setelah orang tuanya datang ke sekolah,
saya menasehati anak tersebut. Tidak banyak yang saya sampaikan “Ibu minta
tolong, Zul tetap datang ke sekolah sampai menyelesaikan semua rangkaian kegiatan
ujian. Kalau Zul tidak menyelesaikan sekolah, alangkah sayangnya sekolah selama
tiga tahun, tapi tidak mendapatkan ijazah. Tetap saja pendidikan terakhirnya
tamat SD”. Akhirnya, siswa tersebut tetap sekolah hingga selesai semua
rangkaian kegiatan ujian. Setamatnya dari MTs, orangtuanya mendaftarkan Zul tes
Calon Tamtama (Catam) dan lulus. Setelah pendidikan Zul bertugas diperbatasan
Indonesia-Malaysia. Beberapa tahun kemudian dia berkesempatan pulang ke Arga
Makmur. Dia menanyakan kepada temannya, di mana bu Eza sekarang ? dia
bercerita, “ternyata disiplin itu sangat penting. Disiplin yang ditanamkan bu
Eza belum seberapa jika dibandingkan dengan kedisiplinan yang harus saya jalani
pada saat mengikuti pendidikan Catam”.
Sebagai seorang guru kita harus
menanamkan sikap disiplin kepada siswa, melalui keteladanan. Jika kita selalu
disiplin, maka akan berpengaruh terhadap kinerja kita dalam menjalankan tugas. Kita
harus melakukan penilaian diri sendiri, agar mendapatkan cerminan apakah kita
sudah disiplin dalam menjalankan tugas. Siswa selalu menilai guru dari
perilakunya. Jika kita sering terlambat masuk kelas, tidak pantas jika siswa
kita yang terlambat kita marahi. Ketika kita meminta siswa mengerjakan tugas
dan hasilnya salah, kita akan marah, padahal kita sering meninggalkan kelas dan
hanya memberi tugas tanpa menjelaskan apa yang harus dikerjakan oleh siswa. Jika
kita sebagai seorang guru tidak disiplin, bagaimana kita bisa menuntut siswa kita
untuk disiplin.
Salah paham
MTsN Karang Anyar merupakan salah
satu lembaga pendidikan formal yang ada di Kabupaten Bengkulu Utara. MTsN
Karang Anyar bercirikan agama islam. Kegiatan pembinaan keagamaan yang
dilaksanakan di antaranya Baca Tulis Al Quran (BTA) dan bimbingan sholat dhuha
dan sholat dhuhur. Tahun 2012 banyak siswa MTs yang belum bisa sholat dan tidak
hapal bacaan sholat, sehingga pada saat bimbingan sholat semua siswa membaca
bacaan sholat mulai dari niat sampai salam dengan suara yang keras, agar guru
pembimbing dapat melihat siapa yang belum hapal bacaan sholat. Bimbingan ini
efektif untuk membuat siswa hapal bacaan sholat.
Siang itu saya sangat terkejut
ketika saya melintas di depan laboratorium. Ada suara siswa membaca bacaan
sholat dengan suara keras. Ketika saya mengecek ke dalam laboratorium, ternyata
empat orang siswa sedang sholat dhuhur berjamaah. Satu orang yang bertugas
sebagai imam, membaca bacaan sholat dengan suara keras. Setiap gerakan sholat
dibaca dengan suara keras. Saya sangat senang, ternyata siswa saya sudah
menyadari bahwa ibadah sholat itu wajib, tetapi alangkah terkejutnya saya
ketika mendapati pemahaman siswa saya bahwa semua sholat, setiap bacaannya
dibaca dengan keras. Pendidikan memang bukan semata tanggung jawab guru
disekolah saja. Pendidikan agama seharusnya sejak dini sudah dilakukan di
lingkungan keluarga. Anak-anak harus memiliki pondasi agama yang kuat, agar
dapat menjalankan hidupnya sesuai dengan ajaran agamanya.
Be trigger
Tugas tambahan sebagai wali kelas
pernah memberi pengalaman yang berharga untuk saya. Pada waktu itu saya
mendapat tugas sebagai wali kelas VII. Kegiatan pengambilan laporan penilaian
hasil belajar semester ganjil, semua orang tua/wali harus datang ke madrasah
untuk mengikuti kegiatan tersebut. Kegiatan ini dimulai dengan pengarahan yang
disampaikan oleh wali kelas, diantaranya laporan mengenai kemajuan yang telah
diperoleh siswa secara klasikal selama satu semester, harapan-harapan yang
belum tercapai dan apa saja yang perlu dilakukan untuk membantu meningkatkan
kemampuan akademik dan perkembangan siswa pada semester berikutnya. Ada wali
murid dari salah seorang siswa yang kedua orang tuanya datang, setelah melihat
laporan hasil penilaian yang diperoleh anaknya, raut muka mereka tampak kecewa
sekali.
Singkat cerita, kedua orang tua
tersebut menceritakan bahwa tiga orang anak terdahulunya tidak ada yang selesai
sekolah, sehingga mereka pesimis apakah anak bungsunya ini akan selesai sekolah
atau tidak. Pada saat itu mereka meminta saya untuk membimbing sekaligus
memberi pelajaran tambahan kepada anaknya. Perlu diketahui bahwa siswa tersebut
menempati peringkat ke-27 dari 30 orang, termasuk anak yang tidak aktif dalam
proses pembelajaran, dan kurang percaya diri. Akhirnya saya mengambil inisiatif
menyuruh siswa tersebut berkunjung ke rumah saya.
Pada saat siswa tersebut berkunjung ke rumah,
anak perempuan saya yang berumur lima tahun sedang mengerjakan soal-soal
hitungan sederhana dan mengalami kesulitan. Mbak begitulah panggilan anak
sulung saya. “Mbak... minta tolong abang yang mengajarkan”, dengan gampangnya
siswa tersebut membantu menyelesaikan soal-soal hitungan anak saya, yang kala
itu baru masuk TK. Saya langsung memberi pujian “Syawal ternyata pintar dong, coba lihat anak ibu kelihatannya puas
diajari Syawal”, dengan terkejut siswa tersebut tersenyum dengan raut wajah
memerah. Semenjak hari itu, setiap hari Senin hingga Kamis, siswa tersebut
selalu datang ke rumah saya untuk les. Selalu saya berikan pujian setiap siswa
tersebut melakukan kebaikan dan meyakinkan bahwa dia mampu untuk berhasil jika
dilakukan dengan kerja keras. Saya memantau kemajuan siswa tersebut, dan
ternyata seiring waktu rasa percaya dirinya muncul, dia mulai aktif mengikuti
proses pembelajaran, mengerjakan tugas-tugas dan selalu ingin maju ke depan
kelas untuk menyelesaikan contoh-contoh soal.
Pada akhir semester genap, siswa
tersebut menunjukkan kemajuan yang sangat pesat, dia mampu menduduki peringkat
ketiga di kelasnya. Kedua orang tuanya sangat bangga dengan prestasi yang telah
diraihnya. Berdasarkan pengalaman ini, ada satu pelajaran yang dapat kita
petik, bahwa siswa yang sebelumnya sering kita cap “kurang cerdas” ternyata
hanya butuh ”trigger” untuk
membangkitkan keyakinan dirinya bahwa sesungguhnya mereka memiliki kemampuan
dan potensi untuk menjadi yang terbaik.
Sebagai seorang guru, marilah
sama-sama kita menjadi trigger bagi
murid-murid kita. Ayo bantu dan yakinkan mereka bahwa keyakinan, rasa percaya
diri dan semangat untuk berhasil, akan mengantarkan mereka menuju kesuksesan.
Kepada semua gurui jangan berputus asa untuk selalu melakukan kebaikan, jangan
pernah berhenti untuk berharap, karena kebahagiaan guru terletak pada
keberhasilannya menanamkan karakter yang kuat pada diri muridnya. “Let’s take a massive action for
education”.
Siap
menang, siap kalah
“ibu kesal ya?...kami kalah” kalimat
itu dilontarkan siswa saya dengan wajah penuh kecewa. Pada saat itu, kami
tengah di perjalanan pulang dari mengikuti suatu lomba di kotamadya Bengkulu.
MTsN Karang Anyar Kabupaten Bengkulu Utara merupakan salah satu sekolah yang
sering mengikuti ajang-ajang perlombaan baik di tingkat kabupaten maupun
provinsi. Saya kaget dengan pertanyaan tersebut, ternyata siswa saya berani
menanyakan “apakah kami dewan guru kesal, jika siswa yang mengikuti ajang
perlombaan tidak mendapat juara”. Jawaban saya pada saat itu : “kalian sudah
bagus kok, dengan melihat urutan prestasi yang diraih dibandingkan dengan
jumlah peserta keseluruhan. Jika kalian mengikuti ajang perlombaan dengan
sepenuh hati, telah bekerja keras dan melakukan yang terbaik, maka kalian harus
siap menang dan siap kalah. Tidak perlu kecewa jika belum berhasil, jadikan
pengalaman lomba saat ini sebagai acuan untuk mempersiapkan diri mengikuti
lomba yang akan datang”. Pengalaman saya mendampingi siswa mengikuti lomba,
pada saat menjelang lomba, acap kali siswa terserang demam panggung, panik,
bahkan pernah memilih mundur sebelum bertarung. “Tugas kalian mengikuti lomba,
lakukan sebaik mungkin, masalah hasilnya bagaimana itu urusan nanti”, kalimat
itu yang biasa saya lontarkan kepada para siswa yang begitu panik, menjelang
detik-detik perlombaannya. Sikap untuk bisa menerima kekalahan ternyata harus
ditanamkan pada diri siswa, agar mereka menjadi pribadi yang tangguh, tidak
mudah putus asa, tidak berhenti untuk mencoba, dan sanggup menghadapi situasi
yang pahit sekalipun. Terkadang kita para guru hanya mementingkan predikat
juara yang dapat diraih siswa. Kita melupakan kerja keras dan kesungguhan
mereka, apabila mereka tidak mendapatkan piala, seolah-olah pengalaman mereka
mengikuti ajang perlombaan bukan suatu hal yang perlu kita tanyakan.
3.
Harapan untuk selalu melakukan
perubahan yang baik
Ada banyak pengalaman dan pelajaran
yang bisa kita dapatkan dari guru-guru di sekitar
kita, yang
berpengaruh juga terhadap perilaku kita dalam menjalankan tugas sebagai
guru. Pengalaman yang bisa membangkitkan dan memelihara motivasi dan semangat kita untuk tetap melaksanakan tugas dan
memberikan hal terbaik untuk dunia pendidikan.
Dunia pendidikan merupakan dunia
yang selalu ada harapan dan cita-cita, ada situasi yang ingin kita ubah, ada
hasil yang ingin kita pertahankan dan ada juga saat-saat yang mengharukan.
Terkadang hal-hal yang kita lakukan belum menunjukkan hasil yang dapat kita
rasakan pada saat itu, tetapi hasil tersebut bisa saja muncul setelah selang
beberapa tahun kemudian.
Guru adalah sosok yang digugu dan
ditiru, seorang guru tidak hanya pandai saja, tetapi harus memiliki kepribadian
yang luhur, yang dapat menjadi panutan dan tuntunan bagi siswanya. Sebagai
seorang guru kita harus selalu memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri, agar
kebiasaan-kebiasaan positif yang sering kita lakukan dapat dicontoh oleh siswa.
Seorang guru harus dapat menjadi pribadi yang utuh, yang memiliki akhlak yang
mulia, baik dalam hal perilaku maupun ucapannya. Siswa akan menilai seorang
guru berdasarkan kesesuaian ucapan dan perilakunya. Seorang guru yang sering bertindak
tidak sesuai dengan ucapannya, seringkali kali mendapat respon yang kurang baik
dari siswanya.
Guru yang profesional, berkualitas,
dan mempunyai visi yang jauh ke depan dapat menjadikan siswa sebagai generasi
yang menyadari ke-Esaan Tuhannya, berkualitas, unggul, dan tangguh dalam menghadapi
perubahan. Guru harus bersemangat dalam mengejar ilmu dan “up date knowledge” merupakan hal yang penting yang harus dilakukan
guru, tidak hanya penting karena tugas guru sebagai agent pembelajaran, tetapi juga untuk mengembangkan potensi dan kemampuan yang
dimiliki siswanya.
Sebagai seorang guru kita harus
memiliki keyakinan yang kuat, tanpa keyakinan apa yang kita cita-citakan tidak
akan dapat diraih. Yakin terhadap kemampuan diri sendiri, akan memberikan kita
semangat baru untuk melaksanakan tugas mulia ini dengan baik. Saya selalu
berusaha membangkitkan semangat untuk melakukan tugas dengan baik melalui
buku-buku bacaan yang dapat meningkatkan motivasi mengajar. Mengembangkan
profesionalisme sebagai seorang guru melalui banyak kegiatan. Tidak sedikit
guru yang tidak memiliki harapan untuk perubahan. Guru yang hanya melakukan
tugas untuk melepaskan kewajiban.
Akhirnya kepada semua guru, mari
kita laksanakan tugas kita sebaik-baiknya dengan ikhlas dan penuh keyakinan.
Seorang guru harus memperbaiki kualitas dirinya baik dari segi perilaku, ucapan
maupun bidang akademis. Mari jadikan diri kita sebagai inspirasi dan motivasi
bagi siswa maupun teman sejawat, karena sesungguhnya kebaikan yang kita tanam
hari ini, akan kita nikmati hasilnya di masa yang akan datang.
Eza Avlenda, S.Pd., M.Si.
Guru MTsN Karang Anyar Arga Makmur
Kabupaten Bengkulu Utara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar